Kelak-Kelok Karier

Oleh Eileen Rachman & Emilia Jakob

Sudah lama kita menyadari bahwa karier tidak harus berjalan lurus. Sebuah universitas bergengsi di bidang pertanian sudah melahirkan ribuan sarjana pertanian, tapi berapa banyak dari lulusannya yang benar-benar menekuni kariernya di bidang pertanian.

Banyak sekali sarjana lulusan institusi tersebut bertebaran di bank-bank ternama, bahkan tidak sedikit yang menduduki jabatan tertinggi. Di zaman sekarang, tikungan seperti ini tidak saja terlihat pada para fresh graduate yang berbelok profesi, tetapi juga pada keengganan anak muda sekarang untuk climbing the corporate ladder lagi. Karier dipandang sebagai jalur yang cair, tidak berbatas, dan memiliki banyak sekali tikungan.

Helen Tupper dan Sarah Ellis, penulis buku The Squiggly Career, mengatakan, sebenarnya tidak ada resep khusus untuk sukses karier seorang. Menurut mereka, kunci utama dari kesuksesan karier adalah adanya kesempatan belajar yang universal bagi setiap individu di manapun mereka berada. Dua ahli ini juga menyatakan adanya pergeseran prioritas sasaran karier individu di masa sekarang.

Dengan adanya “gig ekonomi” dan perkembangan dramatis dari ekosistem start-up, anak muda zaman sekarang tidak lagi mendefinisikan karier sebagai kesabaran meniti anak tangga demi anak tangga selama puluhan tahun. Karier dipandang sebagai suatu lahan yang cair dan fleksibel, di mana mereka lebih bebas berselancar mencari dan menunggangi gelombang yang tepat yang dapat membawa mereka terus naik ke gelombang berikut yang lebih tinggi lagi.

Hal itu berarti bahwa ada pergeseran keterampilan, ekspektasi, dan prioritas dari tenaga kerja baru ini. Dengan segala ketidakpastian dalam kehidupan modern sekarang, konsep kelak-kelok karier ini membantu kita untuk menyadari bahwa kita perlu mencari kekuatan agar dapat mengarungi jalur karier yang tidak biasa ini.

Squiggly Career

Sarah Ellis dan Helen Tupper mengungkapkan manfaat yang dicari oleh generasi muda dari squiggly career (karier berkelak-kelok) ini adalah having more flexibility in your job to decide if remote work or in-office work is what you prefer.

Dengan pola pikir “berliku” seperti ini, kita harus berkeyakinan bahwa kita dapat menemukan peluang sekaligus mengerjakan hal yang kita suka dalam pekerjaan daripada terus menerus berpikir dan terobsesi pada kenaikan pangkat semata.

Bila kita merasa tidak terlalu mengerti tentang kesempatan-kesempatan yang ada, kita dapat bertanya pada mentor-mentor yang dapat kita temukan, di antara mereka yang sudah memiliki pengalaman di bidang yang menarik minat kita.

Yang penting, kita sekarang perlu memiliki pola pikir yang berbeda. Pola pikir “berliku” bukanlah pola pikir tentang bagaimana berkelana di dunia karier, tetapi lebih pada bagaimana kita belajar, berkembang, dan tumbuh dengan cara yang lebih dinamis.

Saat ini orang sulit membayangkan model bekerja yang nine to five lagi. Batasan jam kerja semakin lama semakin kabur, apalagi dengan model bekerja hybrid atau remote ini. Dengan menganut pola pikir bahwa kesempatan ada di mana saja, kita perlu berfokus pada beberapa hal.

Pertama, kekuatan vs kelemahan. Menemukan kekuatan kita saja tidak cukup. Kita perlu mengasah kekuatan yang kita miliki sampai titik yang paling optimal. Setiap orang memiliki kekuatan. Namun, banyak yang tidak menyadarinya karena tidak menggalinya.

Rock Bar Luncurkan Identitas Visual Baru

Perubahan besar pada identitas visual Rock Bar menandai era baru komitmen Ayana Resort untuk tetap...

Marriott International Rayakan Momen Penting Menuju Nol Bersih

Marriott International, Inc. (Nasdaq: MAR) telah memverifikasi target pengurangan emisi jangka pendek dan jangka...

Halal Bihalal Mangkuluhur Artotel Suites

Siap Hangatkan Suasana Pasca Idul Fitri Dalam rangka merayakan kemenangan Hari Raya Idul Fitri, Mangkuluhur...

- A word from our sponsor -