Berpikir Strategis

Oleh Eileen Rachman & Emilia Jakob

Salah satu kompetensi yang biasanya selalu ada dalam evaluasi penilaian para eksekutif adalah kemampuan berpikir strategis. Banyak yang menganggap bahwa mereka yang sudah mampu menduduki posisi tinggi dan memiliki pengalaman yang cukup lama dengan keterampilan serta pengetahuan di lapangan, seyogianya sudah memiliki kemampuan berpikir strategis yang memadai.

Namun, kita lihat dalam kenyataannya, banyak individu yang begitu sibuk berkutat dalam kesibukan operasional sehari-hari sehingga lupa untuk dapat mengambil jarak dari pekerjaan hariannya. Ia kemudian tidak sempat memikirkan langkah-langkah strategis yang mampu membawa organisasi tidak sekadar maju, tetapi juga melompat lebih kuat sehingga bisa mengungguli lawan-lawannya dengan lebih cepat.

Dalam beberapa penelitian yang dilakukan Zenger Folkman, mereka menemukan bahwa keterampilan berpikir strategis adalah kompetensi yang paling kuat dalam membedakan kelompok eksekutif yang high potential dengan kelompok need development.

Pada sebuah organisasi yang melakukan pengurangan tenaga kerja, mereka melihat bahwa para eksekutif yang mendapatkan pemutusan hubungan kerja ternyata memiliki skor persentil 22 poin lebih rendah dibandingkan para eksekutif lain yang dipertahankan, pada kompetensi berpikir strategis yang diukur melalui evaluasi 360-nya.

Mereka dinilai hanya mampu melakukan peran-peran mikro tapi kesulitan untuk mengarahkan organisasi dalam langkah-langkah yang lebih strategis.

Mereka juga menemukan keterampilan-keterampilan lain yang perlu dibangun untuk meningkatkan kompetensi berpikir strategis individu. Keterampilan berkomunikasi sangatlah penting untuk mendukung peningkatan kemampuan berpikir strategis seseorang. Bagaimana individu mampu untuk mendengarkan, mengumpulkan, dan menyebarkan informasi akan mendukung kemampuan berpikir strategis mereka.

Berbicara, mendengarkan, dan memahami kebutuhan baik dari rekan kerja, atasan, bawahan, maupun pelanggan akan sangat membantu individu dalam menemukan informasi-informasi berharga. Info-info ini dapat mereka gunakan untuk memikirkan langkah strategis yang mungkin tidak terpikirkan oleh kompetitor mereka.

Tugas eksekutiflah untuk melihat gambaran besar, pola-pola yang terjadi, dan membuat inovasi yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan bahkan sebelum mereka menyadarinya. Ia juga harus mampu membuat seluruh insan dalam organisasi mampu melihat gambaran organisasi sebagaimana yang ada dalam benaknya agar semua bisa sama-sama bekerja mewujudkannya.

The Harvard Business Review menggambarkan kemampuan berpikir strategis sebagai strategic people create connections between ideas, plans, and people that others fail to see. Mereka memiliki gambaran menyeluruh terhadap organisasi dan ekosistemnya, serta hubungannya dengan para stakeholder-nya. Mereka pun punya kebiasaan untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi dan mengidentifikasikan kesempatan yang muncul.

Pemikir strategis biasanya tak bisa diam, ia terganggu kalau perusahaan atau organisasi tidak bergerak ke arah yang lebih baik. Jadi, apakah kita bisa menjadi pemikir strategis?

Mengelola Energi

Oleh Eileen Rachman dan Emilia Jakob Kita melihat semakin banyak orang muda yang mengalami penyakit...

Banyan Group Bermitra dengan Urasaya Property

Untuk Hunian Bermerek Mewah Pertama di Nakhon Si Thammarat  Terletak di pantai teluk Thailand, Banyan...

Genki Sushi: “From Japan to You” ke Fukuoka

Setelah sukses dengan kampanye "From Japan to You" tahun lalu, yang menampilkan hidangan khas...

- A word from our sponsor -