Kedua, kelompok yang justru semakin mendekati situasi ataupun orang yang menyulitkan baginya, baik dengan cara mendominasi, memanipulasi, maupun menarik perhatian orang lain. Semakin menyulitkan situasinya, semakin mereka tertantang untuk memegang kontrol dan membuat orang lain mengikuti keinginannya.
Ketiga, kelompok yang bersikap manis. Individu dengan karakter tinggi di kelompok ini sering dianggap anggota tim yang baik. Ada yang berusaha menyenangkan atasan dan menuruti semua kehendak mereka. Ada yang memberi kesan baik dengan ketekunan dan kerajinannya memastikan semuanya berjalan tanpa cela.
Dalam periode singkat, karakter-karakter ini mungkin menyelamatkan mereka dari orang atau situasi yang tidak menyenangkan itu. Namun, untuk jangka waktu yang lama, bila intensitas munculnya karakter ini semakin kuat, bisa jadi membuat mereka dijauhi rekan kerja ataupun menghambat diskusi yang sebenarnya berpotensi memunculkan ide-ide inovatif.
Meredakan tingkah laku disfungsional
Manusia tidak lepas dari kelemahan dan mengubah kepribadian bukanlah perkara yang mudah, apalagi bagi mereka yang sudah beranjak dewasa. Namun, melalui mawas diri, penentuan sasaran yang jelas, dan ketekunan, kita dapat mengontrol ketika sisi gelap kepribadian ini dan menggantinya dengan reaksi-reaksi yang lebih kondusif bagi kinerja.
Kita harus ingat bahwa walaupun disebut sisi gelap kepribadian, hal ini juga merupakan mekanisme pertahanan diri individu yang artinya dapat membantunya dalam situasi-situasi tertentu. Individu yang skeptical akan terhindar dari kemungkinan ditipu oleh orang lain dengan sikapnya yang langsung pasang kuda-kuda ketika ada yang too good to be true.
Baca juga: 5 Tips for Work Life Balance
Karakter colorful dan bold dibutuhkan oleh seorang pemimpin agar dapat “terlihat” dan membuat impact. Meski demikian, hal ini juga bisa membuatnya menjadi pemimpin yang kesepian ketika orang lain memilih untuk menghindarinya karena tidak nyaman dengan tingkah lakunya yang terlalu dominan dan berusaha menyedot perhatian dari lingkungannya.
Kontrol diri
Keadaan yang menekan ataupun terlalu ringan sering membuat kita lupa dan lepas kontrol. Itulah sebabnya, kita perlu selalu mawas diri dan berlatih membuka-tutup keran reaksi sesuai kebutuhan dan situasi. Umpan balik adalah hal yang paling penting dalam mengembangkan mawas diri.
Kita dapat bertanya pada mereka yang kita percaya berani untuk berkata apa adanya kepada kita. Keluarga dan sahabat bisa menjadi pemberi umpan balik terbaik. Selain itu, para coach profesional yang memang dapat menuntun kita untuk melihat diri secara obyektif.
Tujuannya bukanlah mengubah kepribadian, melainkan mengontrol reaksi yang tidak disadari dan selalu memperingatkan diri agar jangan terpeleset. Pada dasarnya, manusia tidak ingin mengeluarkan tenaga untuk berubah, tetapi ingin diakui bahwa mereka telah berubah.
Namun, bila kita membuka mata terhadap reputasi yang didapat sehubungan dengan tingkah laku ini, tentunya akan lebih mudah memperkuat komitmen untuk berubah. To be sure, taming your dark side is hard work.
EXPERD, HR Consultant/Konsultan SDM
Diterbitkan di Harian Kompas Karier 21 Mei 2022