Pendekatan Ergo, Ego, Eco

“Ergo, ego, eco”

Sudah bukan jamannya, pemberi kerja yang merasa lebih berkuasa terhadap para karyawannya ataupun perusahaan yang mementingkan keuntungan di atas kepentingan manusia yang bekerja padanya. Perusahaan semacam ini tidak akan bertahan lama, apalagi dengan masuknya pekerja milenial yang mempunyai idealisme berbeda.

Dengan banyaknya pilihan cara kerja, tempat kerja, pasar kerja, kita memang perlu berpikir keras tentang wadah seperti apa yang ingin kita sediakan bagi para karyawan bila ingin membangun hubungan harmonis antara karyawan.

Seperti apa lingkungan yang ergonomis itu?

Kondisi pandemi yang kita alami kemarin telah membuka mata kita bahwa bentuk kantor tidak harus berupa kubikel-kubikel berisi orang yang sibuk menghadap komputernya masing-masing. Bekerja bisa dari mana saja dan kapan saja.

Hal ini membuat banyak individu sadar bahwa bekerja tidak berarti menghilangkan unsur kemanusiaan yang kita miliki. They want to be embraced in their entire humanity.

Tantangan kantor saat ini adalah menyediakan ruang, wadah tempat “ego” bisa bekerja secara utuh. Kita sudah tidak berbicara tentang ruangan yang dihiasi tanaman dengan lukisan cantik, tetapi justru suatu kesempatan bekerja yang lebih memperhatikan kesehatan jiwa dan raga pekerja.

Seperti apa pendekatan human centered itu?

Banyak benturan yang terjadi tidak selalu antara manajemen dengan pekerja, tetapi bisa saja antara sesama karyawan. Ada politik kantor. Ada perlombaan mencari muka atasan. Ada upaya untuk menghindari risiko. Diskusi-diskusi tentang pekerjaan bisa saja berubah menjadi penyebaran gossip yang tidak bermutu.

Penelitian meyakinkan kita bahwa emosi adalah unsur paling penting dalam nilai-nilai yang dijunjung tinggi seseorang. Bila kita merasa dihargai, rasa aman kita meningkat, dan semakin berkurang keinginan untuk mengutamakan hal-hal yang berfokus pada ego masing-masing. Self interest akan berkurang.

Dengan semakin meningkatnya kebutuhan kita akan individu yang berpikir kritis, taktis, dan inovatif, maka perhatian ke setiap ego harus menjadi prioritas. Semakin ego tercukupi, semakin kreatif dan inovatiflah dia.

Seperti apa pendekatan ekonomis?

Siapa yang menyangkal bahwa produktivitas adalah hal terpenting dalam kinerja perusahaan? Tak jarang bila disuruh memilih mana yang lebih penting antara produktivitas atau kesejahteraan manusia, banyak orang terutama manajemen akan memilih produktivitas. Tetapi apakah produktivitas bisa tercapai melalui cara yang sama seperti ketika teknologi baru mulai dikenal beberapa dekade lalu?

Mengungkap Kemegahan Dubai di Indonesia

Tandai kalender Anda dan bersiaplah untuk konvergensi keunggulan real estat yang belum pernah terjadi...

KarirLab Mempersembahkan Inovasi Baru dalam Dunia Pencarian Kerja dengan Resume Builder Integrasi AI Pertama di Indonesia

Jakarta, 4 Mei 2024 — Di tengah dinamika pasar kerja yang semakin kompetitif, KarirLab,...

“Nusuk” Adakan Roadshow & Pameran Interaktif di Jakarta 

Indonesia dengan partisipasi dari Pejabat Senior dan Perwakilan dari Perusahaan Biro Perjalanan Umrah  Platform pemerintah...

- A word from our sponsor -