Lead Differently, Think Differently

Pada dasarnya, berpikir kritis adalah kemampuan untuk menangani kontradiksi dan pemecahan masalah yang kompleks dengan mempertimbangkan alasan, tujuan dan produktivitas yang kuat. Keputusan-keputusan dibuat berdasarkan pendekatan yang adil, obyektif, tepat dan didasari informasi yang relevan dengan situasi. It is thinking with a purpose.

Berpikir kritis ini dalam tingkat tertentu mengandung dosis kecil dari bersikap skeptis dan juga, berpikir kritis juga harus selalu reflektif dan mengevaluasi diri apakah pemikiran kita masih di jalur yang benar.

Pengukuran berpikir kritis ini dipelopori oleh Watson-Glaser pada 1925. Namun, sampai sekarang, tetap relevan karena mengandung ukuran bagaimana individu mengambil kesimpulan, menyadari akan asumsi-asumsinya, mengabstraksikan suatu situasi, mengartikan dan mengevaluasi argumen-argumen.

Pemimpin yang kuat dalam berpikir kritis akan lebih mengerti bahwa keputusan-keputusannya dapat memengaruhi perusahaan secara internal, maupun eksternal. Ia juga dapat menyeimbangkan isu-isu antar departemen, membayangkan keterkaitan bagian-bagian tersebut dalam totalitas organisasi dan mempertanggungjawabkan dampak-dampak yang terjadi dengan pertimbangan yang lebih luas dan antisipatif. Context is key. 

Berpikir kritis juga berarti melihat dalam perspektif yang lebih luas, seperti memandang suatu situasi dari ketinggian dan sekaligus mampu melihat detil-detil di dalamnya.

Ini adalah tipe kepemimpinan yang dibutuhkan dalam situasi new normal ini.

1. Berniatlah untuk menjadi “critical leader”

Setiap individu, apalagi yang sudah menduduki posisi kepemimpinan seharusnya memiliki semangat untuk menjaga kesehatan berpikir kritisnya. Artinya ia perlu menjaga kesehatan pikirannya dalam mengambil keputusan, menyadari asumsi-asumsinya, dan selalu mencari informasi sampai tuntas.

Kabar baiknya, banyak ahli yang mengatakan “There is a large body of evidence showing that people can learn to think better.”

Cara yang paling tepat untuk mengasah cara pikir kita adalah memperhatikan respon-respon kita terhadap isu tertentu, merefleksikannya dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baru yang relevan dengan tuntutan serta sasaran saat ini.

2. Meminta umpan balik dari orang di sekitar kita

Apakah kita terlalu cepat mengambil kesimpulan? Apakah kita tidak dipengaruhi “bias” kita? Apakah kita banyak berasumsi? Kita juga dapat meminta masukan dari orang lain mengenai solusi-solusi alternatif yang menjadi bahan pertimbangan kita.

Dimana Kemewahan Bertemu dengan Kesempatan yang Tak Berakhir

Pasar real estat Dubai dikenal sebagai simbol kehidupan mewah global dengan inovasi dalam arsitektur,...

Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Biaya Pendaftaran Perusahaan untuk Perusahaan Milik Asing di Indonesia

Jika Anda seorang pengusaha yang sedang mempertimbangkan prospek yang menarik ini, memahami biaya pendaftaran...

VRITIMES dan BakalBeda.com Bersatu Memajukan Inovasi Media Digital

Jakarta, 6 Mei 2024 – Dalam upaya terus memperluas jangkauan dan meningkatkan kualitas konten...

- A word from our sponsor -