Kepemimpinan Inklusif

Oleh Eileen Rachman & Emilia Jakob

Karakter apa yang akan menentukan bagi kesuksesan pemimpin di pada 2025, 2040, dan seterusnya? Tentunya kita belum bisa membayangkan apa yang akan terjadi di dunia pada masa mendatang. Hal yang sudah pasti adalah perubahan tetap akan terjadi dengan percepatannya yang bertambah.

Keberbedaan semakin nyata, tidak hanya pada perilaku pelanggan, tetapi juga pasar, ide-ide yang semakin menggila, serta talenta yang ada.

Ini adalah konteks baru yang akan kita hadapi. Para pemimpin sukses pada masa lalu ketika dunia boleh dikatakan masih senada, belum tentu juga sukses memimpin pada masa mendatang jika ia masih menggunakan resep yang sama.

Aspek-aspek kepemimpinan seperti mengarahkan, memengaruhi, dan mengayomi memang tak lekang waktu. Namun, ada kapabilitas baru yang penting untuk diimplementasikan pada masa depan.
Dasar dari kepemimpinan inklusif adalah keberbedaan.

Ada empat megatrend global yang akan membentuk lingkungan kerja dan memengaruhi prioritas bisnis pada masa mendatang.

Pertama, keragaman pasar. Selama pandemi pasar umumnya berubah menjadi sepi. Namun, ternyata pasar kelas menengah tetap tumbuh. Dengan tumbuhnya kelas menengah, pasar berubah menyesuaikan dengan selera masyarakat yang relatif lebih muda ini.

Jumlah kelas menengah yang sangat besar ini memberi peluang bisnis yang jauh lebih besar. Diperkirakan pada 2025, populasi kelas menengah akan mencapai 3,2 miliar, pada 2009 baru 1,8 miliar. Perubahan pasar ini akan diikuti oleh perbedaan kultural, politik, dan ekonomi. Belum lagi ketegangan antara adaptasi lokal dan internasional seperti yang sudah kita rasakan sekarang.

Saat ini, kita belum bisa membuat resep sukses untuk masa datang mengingat belum ada seorang pun yang berpengalaman di masa depan. Namun, paling tidak hasil riset sekarang mengatakan bahwa orang dengan pola pikir dan kapabilitas global akan lebih bertahan.

Kedua, keragaman pelanggan. Dengan banyaknya pilihan di pasar, sikap manusia pun berubah. Dengan kemajuan teknologi, pelanggan memiliki power untuk memilih. Konsep empati dan connectedness sudah bukan hal yang asing, tetapi perlu ditanamkan dalam budaya perusahaan.

Baca juga: Aha, One Man Show!

Pemimpin harus menjadi pusat dari connectedness ini. They are the linchpin that sets the pace and culture of our organization.

Marriott International Rayakan Momen Penting Menuju Nol Bersih

Marriott International, Inc. (Nasdaq: MAR) telah memverifikasi target pengurangan emisi jangka pendek dan jangka...

Halal Bihalal Mangkuluhur Artotel Suites

Siap Hangatkan Suasana Pasca Idul Fitri Dalam rangka merayakan kemenangan Hari Raya Idul Fitri, Mangkuluhur...

Babak Baru MGallery dengan Peluncuran Kampanye Globalnya 

Dimulainya 2024, MGallery semakin bertekad untuk menggiatkan “M” yang ikonik, yang sekarang identik dengan...

- A word from our sponsor -