“China is a sleeping giant. Let her sleep, for when she wakes she will move the world.” ― Napoleon Bonaparte
TIDAK ayal lagi, Crazy Rich Asians adalah film yang jadi pembicaraan saat ini. Film komedi romantis terbaru 2018 yang berasal dari Amerika Serikat ini disutradarai oleh seorang sutradara handal bernama Jon M. Chu. Film yang diangkat dari novel berjudul sama, karya Jevin Kwen yang terbit 11 Juni 2013, ini skenarionya ditulis oleh Kevin Kwan dan Adele Lim.
Memang, agak berbeda dengan novelnya, sebab pihak rumah produksi Colour Force, SK Global serta distributor Warner Bros membuat inovasi baru dalam versi filmnya. Terutama dari segi pengungkapan, dengan menampilkan sisi-sisi keindahan dan kemewahan Singapura.
Crazy Rich Asians, yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utamanya, dirilis perdana pada 17 Agustus 2018 di Amerika Serikat, dan menyusul negara-negara lain.
Film ini tidak hanya masuk dalam jajaran box office film Hollywood, tapi juga bikin demam seluruh dunia.
Kalau boleh jujur, fim ini tidak lebih dari sinetron ala FTV, kisah percintaan yang basi, yang berakhir dengan bahagia. Tapi yang jelas, dengan penggarapan yang kekinian dengan mengekspos sisi-sisi kemewahan, yang mengingatkan pada fim Sex and The City, film ini sungguh sangat menghibur.
Yang jelas, popularitas film ini memang susah dibantah. Film ini tidak hanya masuk dalam jajaran box office film Hollywood, tapi juga bikin demam seluruh dunia. Ini semacam kebangkitan ras Asia, khususnya China, seperti yang diramal Napoleon Bonaparte beberapa abad yang lalu – kutipan yang ditaruh sebagai intro film ini.
Penguasaan China di beberapa negara setidaknya tergambar dalam film tersebut, yang diwakili oleh sebuah keluarga kaya di Singapura. Yang tidak kalah penting, dengan eksplorasi glamoritas Singapura, film ini — yang ending-nya ditutup secara mewah di Marina Bay Sands, juga merupakan semacam tools promosi wisata yang sangat efektif bagi Negeri Singa.