Dalam sebuah pameran, apa yang menarik? Tentu saja produk-produk yang dipajang. Tapi jangan salah, kehadiran wanita-wanita penjaga stand, tidak kalah menawannya. Ya, itulah usher.
Bukan penyanyi R&B, pencipta lagu, penari, dan aktor Amerika Serikat itu. Tapi usher yang ini adalah “pagar ayu”, ujung tombak suksesnya sebuah pameran.
Keberadaan usher memang sering disamakan dengan sales promotion girl (SPG). Kedua profesi tersebut memang menonjolkan sikap ramah dan penuh perhatian.
Namun ada fungsi yang berbeda, yang bahkan boleh jadi menyudutkan profesi usher. Profesi SPG lebih berat ketimbang usher, karena SPG memiliki target penjualan yang harus dipenuhi.
Tapi, apa pun, kehadiran mereka membuat suasana menjadi sumringah. Pesona mereka, dalam balutan busana yang seksi, membuat pengunjung rame-rame mendekat.
Tugas para usher tersebut bukan hanya sebagai pemanis, tapi dapat menjadi duta produk yang diembannya. Kehadiran mereka memancing opini beragam, bahkan tidak jarang yang bernada negatif.
Uang yang berlimpah menjadi daya tarik yang paling kuat dalam menjalankan profesi usher. Apalagi pekerjaan ini tidak banyak membutuhkan keahlian khusus. Inilah yang kemudian menarik banyak wanita cantik terjun ke dalamnya, mulai yang masih kuliah hingga yang sudah memiliki pekerjaan.
Meskipun tidak membutuhkan keterampilan khusus, profesi ini menguras stamina. Berdiri berjam-jam serta bersikap ramah dan komunikatif menjadi hal yang wajib dilakukan.
Hanya, tidak banyak tuntutan bagi pekerjanya dan tidak ribet seperti di dunia kantoran. Syarat menjadi usher sangat mudah. Cantik plus bertubuh indah dapat menyandang profesi ini. “Tidak perlu ijazah, dan uang yang didapat lumayan,” ucap Baby, mahasiswi yang aktif dalam berbagai acara sebagai usher.
Namun kehadiran para usher tidak lepas dari image negatif. Hal ini terjadi karena ada saja orang yang salah mengartikan profesi mereka. Karakter ramah yang sudah menjadi SOP dapat menjadi bumerang bagi usher. Respons negatif yang tak diharapkan bisa mengancam.
“Karena nila setitik, rusak susu sebelanga” bisa menjadi pepatah yang mendeskripsikan kehidupan usher. Tapi tak tertutup kemungkinan adanya oknum yang menjalani pekerjaan itu untuk tujuan berbeda.
“Memang ada teman sesama usher yang mengambil jalur lain, yang bisa merusak nama baik pekerjaan sebagai usher,” kata Baby.
Profesi yang masih dipandang sebelah mata ini semakin terpuruk karena ulah usher yang menyeleweng. Digoda, disentuh, dan diajak berkencan menjadi risiko yang terkadang harus dihadapi dengan bijak.
Baby menyatakan, memang stigma sudah ada di masyarakat, tapi sebenarnya kembali kepada usher itu sendiri. Perlakuan pria yang kurang sopan harus disiasati sehingga tidak menyinggung perasaan, dan pengertian usher tidaklah seperti yang dibayangkan mesti disampaikan.
Di sisi lain, lingkungan turut pula memberi perubahan cara pandang yang memang sulit dihindari. Penggunaan jasa usher di tempat karaoke, klub, dan kafe dengan pakaian seksi menjadi godaan tersendiri bagi pria hedonis.