Mode

Penjualan budak mengundang banjir produk impor

Walaupun Afrika menghasilkan besi dan baja berkualitas, pedang Eropa menjadi simbol status bagi para raja dan bangsawan di banyak kerajaan yang menjual budak hitam ke perusahaan kulit putih.

Cerita yang sama terjadi pada kain Afrika yang terbuat mulai dari bahan katun sampai kulit kayu. Di awal abad enambelas, pelaut Portugis Duarte Pacheco menyampaikan bahwa pakaian daun palma dari Kongo “sungguh lembut seolah beludru dan sangat indah yang Itali pun tak akan mampu menyainginya.”

Tetapi pakaian impor, yang harganya dua kali lipat, memberi gengsi. Harga menentukan nilai. yang murah dan banyak seperti budak tak dihargai, sementara barang mahal dan langka didamba.

Dan semakin tiada guna semakin baik: pesona atas apapun yang datang dari luar negeri memberi kebanggaan kepada apapun yang baru walau tanpa manfaat seperti mode yang selalu berubah, hari ini begini, besok begitu, hari berikutnya entah apa lagi.

Gebyar sesaat itu, selain simbol kekuasaan, menjadi pemisah antara penguasa dan yang dikuasai.

Seperti juga hari ini.

Eduardo Galeano

“Mirrors”

Penerjemah: Wardah Hafidz

Kesadaran Kripto Indonesia Nomor Dua di Asia: Mengapa Pemahaman Masih Sulit?

Survei terbaru yang dilakukan oleh Consensys bekerja sama dengan YouGov mengungkapkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat Indonesia...

Pintu Kayu Mudah Berjamur saat Musim Hujan? Ini Dia Solusinya!

Pintu kayu sering dipilih karena tampilannya yang estetis dan kemampuannya bertahan lama. Namun, saat musim...

Apakah Ada Bahaya di Balik Pembalut Mint?

Pembalut mint telah menjadi salah satu produk menstruasi yang menarik perhatian karena sensasi segarnya....

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here