Serbabisa

Oleh Eileen Rachman dan Emilia Jakob

Seorang eksekutif bergabung dengan perusahaan dari industri yang jauh berbeda dari yang dikuasainya sebelumnya. Dua bulan bergabung, Covid-19 merebak. Situasi ini tidak menghalanginya untuk mempelajari perusahaannya dan membuat perbaikan-perbaikan. Usai pandemi, ia menikmati kesuksesannya dan meneruskan perbaikan.

Apa yang membuatnya berhasil? Tentunya banyak hal yang menentukan keberhasilannya. Namun, pemimpin ini mempunyai versatility (keserbabisaan) yang kuat. Sejak pandemi, kita mengalami perubahan yang ekstrem dan orang-orang yang serbabisa inilah yang mampu menghadapi perubahan ini.

Dalam artikel di Harvard Business Review berjudul “The Best Leaders Are Versatile Ones”, Robert B Kaiser mengatakan, keserbabisaan dalam kepemimpinan adalah aspek terpenting dalam menghadapi situasi sekarang. Pemimpin yang serbabisa juga mampu mengembangkan tim yang lebih solid dan berprestasi.

Saat sekarang, kita hidup dalam komunitas global, tidak berbatas. Oleh karena itu, kita tidak bisa menganggap bahwa perbedaan latar belakang sebagai suatu kendala. Ini memang sudah menjadi tantangan kita.

Kita harus bisa mengelola manusia dari berbagai latar belakang dan dengan tingkatan keterampilan yang berbeda. Tentunya, keterampilan pemecahan masalah dan pengelolaannya perlu lebih serbabisa, “wellrounded”.

Contohnya, bila kita bekerja di lingkungan yang sangat kooperatif dan penuh konsensus, sikap asertif tidak akan mempan. Sebaliknya, berusaha untuk melakukan rekonsiliasi secara berlebihan dalam menghadapi keterlambatan proyek serius dengan rekan yang konfrontatif tidak akan mencapai apa pun.

Pendekatan yang bervariasi yang di-adjust cocok untuk situasi inilah yang namanya versatility. Menurut Maxine A Dalton dalam buku Becoming a More Versatile Learner, banyak manajer yang bila menghadapi situasi tertentu hanya menggunakan taktik yang dirasanya nyaman bagi dirinya.

Dengan demikian, mereka tidak belajar dari setiap aktivitasnya. Kita sebagai pemimpin perlu menentukan sasaran, apakah memang akan mempelajari lapangan dengan lebih saksama dan menyesuaikan pendekatan kepemimpinan kita atau tidak. Sikap fleksibel yang tampaknya sederhana pasti akan sangat sulit dilakukan oleh para pemimpin yang memang tidak mau mengubah pendekatannya.

You have to understand different ways of learning and thinking. Being open and aware during this process will not only make it less painful but will also shorten the learning curve. In business as well as life, progress is everything. Learn to evolve.

Apakah semua pemimpin berbakat untuk menjadi versatile leader? Banyak orang tetap berpendapat bahwa kepemimpinan sudah ditentukan oleh bawaan lahirnya, cara asuh, dan pengalamannya.

Jalur Menuju Kemenangan: Stasiun Kereta Grand Central Dubai Menandakan Era Baru dalam Kemewahan Perjalanan

Stasiun kereta Dubai melambangkan komitmen kota ini terhadap infrastruktur mutakhir dan transportasi yang lancar....

Stafsus Presiden Jokowi dan Kemenkop UKM Apresiasi Pendampingan UMKM Sampoerna & INOTEK

Staf Khusus Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) mengapresiasi...

- A word from our sponsor -