Keamanan Siber Indonesia: 94% Organisasi Alami Penerobosan dalam Setahun Terakhir

Riset Fortinet terbaru mengungkap peningkatan risiko dunia maya karena kurangnya ahli yang terus terjadi, sementara jumlah organisasi yang mengalami lima atau lebih penerobosan keamanan siber melonjak sebesar 48%

Edwin Lim, Country Director Fortinet di Indonesia

Di Indonesia, kebutuhan untuk menjadikan keamanan siber sebagai perhatian di level direksi semakin mendesak. Lebih dari 66% organisasi di Indonesia telah melaporkan penerobosan keamanan siber pelanggaran dunia maya dalam satu tahun terakhir, yang menghabiskan biaya pemulihan hingga lebih dari US$1 juta.

Menyikapi tren ini, para pemimpin organisasi di Indonesia memprioritaskan perekrutan staf keamanan TI, terlihat dari 87% yang menganjurkan keberadaan mereka dalam organisasi.

Untuk memperkuat postur keamanan siber negara dan mengatasi kesenjangan keterampilan, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) telah memperbarui Konsep Strategi Keamanan Siber Nasional sebagai komponen penting keamanan nasional dalam merespons kemajuan teknologi.

Fortinet, sebagai penyedia solusi keamanan siber terkemuka, berkomitmen untuk bekerja sama secara erat dengan BSSN dan lembaga pemerintah lainnya untuk meningkatkan ketangguhan keamanan siber Indonesia.

John Maddison, EVP Produk dan CMO di Fortinet

“Kekurangan ahli keamanan siber adalah salah satu tantangan utama yang menempatkan organisasi dalam risiko, seperti yang ditunjukkan dengan jelas oleh hasil Laporan Kesenjangan Keterampilan Keamanan Siber Global terbaru dari Fortinet.”

“Dengan perkembangan saat ini, organisasi harus memilih produk yang memperkenalkan otomatisasi untuk mengurangi beban tim yang bekerja terlalu keras sambil terus fokus pada peningkatan keterampilan dan pelatihan keamanan siber.”

Ringkasan Berita

Fortinet® (NASDAQ: FTNT), pemimpin di bidang keamanan siber global yang mendorong konvergensi jaringan dan keamanan, hari ini merilis Laporan Kesenjangan Keterampilan Keamanan Siber Global 2023, yang mengungkapkan tantangan saat ini terkait minimnya keterampilan keamanan siber yang memengaruhi organisasi di seluruh dunia.

Temuan utama dari laporan global tersebut meliputi:

1. Minimnya keterampilan keamanan siber menyebabkan tidak terisinya posisi-posisi penting TI, yang meningkatkan risiko siber organisasi, seperti penerobosan.

2. Keamanan siber tetap menjadi prioritas dewan direksi dan ada permintaan dari pelaksana eksekutif untuk menambah jumlah staf keamanan TI.

Mengelola Energi

Oleh Eileen Rachman dan Emilia Jakob Kita melihat semakin banyak orang muda yang mengalami penyakit...

Banyan Group Bermitra dengan Urasaya Property

Untuk Hunian Bermerek Mewah Pertama di Nakhon Si Thammarat  Terletak di pantai teluk Thailand, Banyan...

Genki Sushi: “From Japan to You” ke Fukuoka

Setelah sukses dengan kampanye "From Japan to You" tahun lalu, yang menampilkan hidangan khas...

- A word from our sponsor -