Wukuf di Arafah & Hari Lingkungan Hidup: Refleksi Spiritualitas untuk Bumi yang Lebih Bersih

Tahun ini, hari Wukuf di Arafah yang jatuh pada 9 Dzulhijjah 1446 H bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, 5 Juni 2025. Sebuah momentum langka yang seolah mengajak kita untuk merenung lebih dalam: bagaimana nilai-nilai spiritual bisa sejalan dengan tanggung jawab kita menjaga bumi—khususnya dalam menghadapi krisis polusi plastik yang semakin mendesak.

Spiritualitas di Padang Arafah

Wukuf di Arafah adalah puncak dari seluruh rangkaian ibadah haji. Di padang yang luas itu, jutaan jamaah dari berbagai penjuru dunia berkumpul, berdiri dalam kesederhanaan dengan balutan ihram putih, tanpa atribut duniawi.

Semua terlihat sama—tak ada perbedaan status sosial, kekayaan, atau jabatan. Inilah momen puncak kepasrahan dan ketundukan total kepada Allah SWT.

Namun Wukuf bukan hanya tentang ibadah ritual. Ia juga merupakan refleksi atas peran manusia di bumi. Allah SWT berfirman:

“Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi.” (QS. Al-An’am: 165)

Ayat ini mengingatkan bahwa manusia tidak hanya punya hubungan spiritual dengan Tuhan (hablum minallah), tapi juga punya tanggung jawab moral dan sosial terhadap alam semesta (hablum minal ‘alam). Menjadi khalifah berarti menjaga, merawat, dan tidak merusak.

Krisis Polusi Plastik: Ancaman Nyata yang Tak Bisa Diabaikan

Di hari yang sama, dunia memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Tema tahun ini sangat relevan dan mendesak: “Berhenti Polusi Plastik.” Masalah ini bukan lagi sekadar isu lingkungan, melainkan sudah menjadi ancaman nyata bagi kehidupan manusia.

Setiap tahun, lebih dari 300 juta ton plastik diproduksi secara global. Ironisnya, sebagian besar berakhir sebagai sampah yang mencemari laut, sungai, hutan, dan tanah. Tak hanya satwa liar yang terdampak, tapi juga manusia. Mikroplastik kini ditemukan di air minum, garam dapur, hingga makanan laut—menandakan bahwa plastik telah masuk ke dalam rantai makanan kita.

Polusi plastik bukan lagi masalah “nanti-nanti”. Ini adalah krisis yang terjadi sekarang, dan kita semua berperan di dalamnya.

Alasan Bangunan Jepang Lebih Tahan Bocor dibandingkan Indonesia

Indonesia rawan kebocoran karena curah hujan tinggi, standar konstruksi kurang ketat, penggunaan material rendah...

Stimulan Dana hingga Miliaran Rupiah, Pertamina Buka Kompetisi PFsains untuk Pengembangan Produk Riset

PT Pertamina (Persero) melalui Pertamina Foundation kembali menyelenggarakan kompetisi PFsains pada tahun 2025 sebagai...

Rayakan Keanggunan Tropis bersama Belvedere Bali Limited Editiom

Pesona alam dan budaya Bali kini hadir dalam sebotol vodka yang tak hanya elegan,...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here