Psikologi Kerendahan Hati

Oeh Eileen Rachman dan Emilia Jakob

Seminggu sudah berlalu, tetapi euforia sebagian rakyat Indonesia, khususnya teman-teman Katolik, masih tetap terasa sampai sekarang. Dalam kunjungan bersejarahnya ke Indonesia, Paus Fransiskus tidak hanya mencuri perhatian karena pidatonya yang inspiratif, tetapi juga dengan tindakan-tindakannya yang mencerminkan karakteristik kepemimpinan yang jarang ditemui saat ini, yaitu kerendahan hati.

Mulai dari pemilihan pesawat komersial, mobil yang ditumpanginya, jam tangan, sepatu, sampai kamar menginapnya sungguh mencerminkan kesederhanaannya. 

Bandingkan dengan mobil mewah para pejabat negara pada perayaan 17 Agustus kemarin di IKN, hingga kepongahan para pemamer gaya hidup mewah atau para selebritas dengan pesawat jet pribadi, barang bermerek, dan keasyikan kegiatan flexing, tanpa rasa, seolah hidup di negeri dongeng ketika rakyat lainnya masih kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Kerendahan hati bukanlah citra kelemahan

Dalam hidup sehari-hari, terkadang kita mencampuradukkan antara rendah hati dengan rendah diri sehingga melihatnya sebagai suatu kelemahan mereka yang tidak percaya diri.

Namun demikian, dalam perspektif psikologi modern sebagaimana dikemukakan dalam penelitian Hogan Assessments, kerendahan hati atau humility adalah kekuatan psikologis yang lebih sustain dibandingkan dengan karakter yang tampil lebih dominan seperti arogansi.

Karakter-karakter dominan mungkin merupakan jalan paling cepat untuk langsung menuju puncak karier, karena menarik perhatian banyak pihak sehingga sering dipandang sebagai sebuah kekuatan dalam budaya populer. Sementara itu, kerendahan hati menawarkan jalan menuju kesuksesan yang lebih stabil dan tidak terlalu terlihat.

Pemimpin yang rendah hati biasanya mencapai status mereka dengan mendorong pertumbuhan orang lain, terlibat dalam pendampingan, dan menciptakan jaringan pengikut yang berkemampuan tinggi, loyal, dan antusias.

Bob Hogan mendefinisikan humility sebagai “kebebasan dari kesombongan atau arogansi”. Humility bukanlah kelemahan atau penolakan terhadap diri sendiri.

Ini adalah kesediaan untuk menyerahkan diri kepada sesuatu yang “lebih tinggi”, menghargai orang lain, dan mengenali batas kemampuan atau otoritas seseorang yang berdampak pada terciptanya iklim kerja yang kolaboratif dan inovatif.

Kelompok Pasien Dorong Akses yang Berkeadilan untuk Obat HIV Lenacapavir

Indonesia AIDS Coalition (IAC), selaku organisasi berbasis komunitas yang bekerja di isu HIV, telah...

300 Pendidik Siap Integrasikan Artificial Intelligence dalam Pembelajaran

PT Reformasi Generasi Indonesia (REFO) menggelar Indonesia Future of Learning Summit (IFLS) 2024. Menghadirkan...

Starbucks Indonesia Kembali Catatkan Rekor MURI

Di Hari Kopi Internasional 2024Merayakan Hari Kopi Internasional tahun 2024, Starbucks di Indonesia ingin...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here