Melestarikan Cita Rasa Betawi Lewat Sentuhan Modern Bersama Shopee
Jakarta baru saja merayakan hari jadinya yang ke-498. Di balik gegap gempita perayaan budaya Betawi, ada kisah manis tentang bagaimana warisan kuliner Ibu Kota hidup kembali dalam wujud yang lebih modern.
Salah satunya lewat Oleh-Oleh Jakarta Mpok Mumun, sebuah brand lokal yang bukan hanya menjual camilan tradisional, tetapi juga menghadirkan cerita penuh rasa tentang cinta pada budaya dan tanah kelahiran.
Siapa sangka, semua bermula dari percakapan ringan antara Mpok Mumun dan anaknya yang bekerja di industri penerbangan. “Teman-temannya sering tanya, ‘Kalau dari Jakarta, oleh-olehnya apa?’ Dari situ saya jadi kepikiran, ternyata Jakarta belum punya oleh-oleh ikonik seperti daerah lain,” cerita Mpok Mumun.
Bacaan Menarik: Membangun Mesin Uang di Era AI
Di usia 60 tahun, perempuan tangguh ini justru memulai babak baru hidupnya, menyulap resep-resep Betawi warisan keluarga menjadi peluang usaha, lengkap dengan kemasan menawan bergambar Monas, GBK, hingga ikon-ikon khas kota Jakarta.
Bisnis ini memang baru berdiri sejak 2022, tapi sudah mencuri hati banyak orang — mulai dari pejabat, eksekutif kantoran, sampai keluarga yang ingin membawa sedikit rasa Jakarta ke kota tujuan. Semua berkat kegigihan Mpok Mumun memadukan cita rasa otentik dengan pendekatan kekinian melalui platform digital Shopee.
Dari Dodol Betawi Hingga Bir Pletok
Tradisi Lama dengan Gaya Baru
Tak hanya soal rasa, Mpok Mumun juga piawai mempercantik tampilannya. Dodol Betawi, Biji Ketapang, Akar Kelapa, hingga Kue Gambang — semua dikemas cantik dalam boks yang merepresentasikan kehangatan Jakarta.
Dan siapa sangka, di antara deretan produknya, justru Dodol Betawi menjadi bintang penjualan di Shopee. Resepnya adalah warisan turun-temurun yang dulu hanya hadir di hajatan keluarga.

Menariknya, perjalanan usaha ini jauh dari kata mudah. Mpok Mumun merintisnya dari modal tabungan pribadi, tanpa pinjaman bank. Apalagi ini adalah usaha ketiga, setelah dua bisnis sebelumnya gagal. Namun, dari kegagalan itu ia belajar banyak: pentingnya riset produk, diferensiasi, dan memanfaatkan teknologi digital.