Seiring dengan pesatnya perkembangan ekonomi digital di Indonesia, adopsi teknologi dalam sektor ritel semakin meningkat, terutama dalam perdagangan berbasis seluler dan pembayaran digital.
Namun, kemudahan ini juga membawa tantangan besar dalam bentuk ancaman keamanan siber yang terus berkembang. Diperkirakan, pada tahun 2030, jumlah pengguna ponsel pintar di Indonesia akan mencapai 380 juta, sementara nilai transaksi pembayaran digital diprediksi mencapai 88,42 miliar Dolar AS pada tahun 2028.
Lonjakan ini menjadikan para pelaku ritel dan konsumen sebagai target utama kejahatan siber, terutama saat puncak musim belanja seperti Ramadan dan Idul Fitri.

Andre Anggo Siu, Security Consultant, Fortinet Indonesia
Dalam acara “Fortify Your Cybersecurity: Ensuring Secure Customer Experiences During Peak Festive Season Demand” yang diselenggarakan pada 20 Maret 2025, Edwin Lim, Country Director Fortinet Indonesia, menekankan pentingnya perlindungan terhadap jaringan dan transaksi ritel.
“Pelaku ritel harus menerapkan pendekatan keamanan yang proaktif dengan mengintegrasikan intelijen ancaman berbasis AI, SD-WAN yang aman, dan Zero Trust Network Access (ZTNA) untuk melindungi bisnis maupun konsumen dari risiko siber yang terus berkembang,” ujar Edwin.

Edwin Lim, Country Director, Fortinet Indonesia
Acara ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada para pemimpin industri tentang cara memperkuat ketahanan keamanan siber serta mengurangi risiko penipuan dalam sektor ritel yang berkembang pesat.
Ancaman Siber yang Kian Canggih
FortiGuard Labs dari Fortinet mencatat peningkatan signifikan dalam serangan siber yang menyasar sektor ritel, seperti penipuan phishing, situs e-commerce palsu, dan skema pembayaran digital ilegal.
Para pelaku kejahatan kini memanfaatkan teknologi AI untuk menjalankan skema penipuan yang lebih canggih dengan mencuri data keuangan dan informasi pribadi konsumen.