Mengambil Keputusan Bermutu

Oleh Eileen Rachman & Emilia Jakob

Dalam kehidupan sehari-hari, kita dihadapkan pada berbagai keputusan. Mulai dari memilih rute untuk menuju suatu tempat, menu makan siang, hingga keputusan yang akan mengubah hidup seperti pernikahan.

Salah dalam mengambil keputusan dapat mengakibatkan penundaan dalam hal-hal yang ingin kita capai. Meskipun demikian, kadang bisa juga terjadi keputusan yang salah membawa berkah yang tidak terduga.

Sejarah suatu perusahaan merupakan refleksi dari keputusan-keputusan yang diambil oleh para pemimpinnya. Apakah keputusan diambil dengan cepat? Apakah terjadi banyak perubahan dalam keputusan yang diambil?

Coca Cola pernah mengubah rasa dan memproduksi Diet Coke. Namun, akhirnya mereka kembali pada pola dan rasa lama. Banyak yang beranggapan itu adalah keputusan yang buruk tetapi manajemen Coca Cola beranggapan bahwa ini adalah hal terbaik yang bisa mereka lakukan. Ternyata, keputusan itu memang tepat terlihat dari angka penjualan Coca Cola yang kembali merambat naik.

Dengan data science yang semakin berkembang, kita terbantu untuk mengambil keputusan dengan dasar data yang lebih kuat. Namun, tentunya kita perlu menguatkan kemampuan kita memilih mana data yang menunjang dan menjadikannya dasar pengambilan keputusan, dan mana yang malah mendistorsi.

Dari pengolahan data, Google menyimpulkan bahwa manajer yang memiliki “people skill” yang baik akan menciptakan tim yang lebih sehat. Selain itu, mereka mendapatkan informasi bahwa karyawan yang bahagia akan lebih produktif dibandingkan dengan yang tidak bahagia. Fakta inilah yang dijadikan Google sebagai referensi pengembangan karyawannya.

Di tempat lain, Amazon menemukan bahwa banyak orang tergerak untuk membeli bila mereka mengetahui bahwa banyak orang lain telah membeli barang tersebut. Dari sanalah muncul ide untuk membuat fitur “yang juga dibeli orang lain” sehingga mendorong pembeli mengikuti jejak  pembeli lainnya.

Sebaliknya, ada perusahaan-perusahaan yang gagal beradaptasi, berubah, maupun bersaing karena keputusan yang salah. Blockbuster, perusahaan penyewaan video, membuat interpretasi yang salah berdasarkan data pelanggan mereka.

Mereka lupa bahwa data yang paling valid sekarang ada di benak para pelanggan muda yang lebih dinamis. Akibatnya mereka menolak tawaran kerja sama Netflix pada tahun 2000. Sepuluh tahun kemudian, Blockbuster mengajukan pailit dan Netflix terus melaju dengan lebih dari 223 juta pelanggannya di seluruh dunia saat ini.

Kodak konon dikenal sebagai raja fotografi yang juga penemu pertama fotografi digital. Namun, manajemen puncak ragu-ragu untuk go digital dan khawatir bahwa fotografi digital akan mematikan bisnis rol film yang dirajainya. Namun, siapa yang dapat menghentikan kemajuan inovasi? Akibat keputusan yang salah ini pun mereka tergilas.

Halal Bihalal Mangkuluhur Artotel Suites

Siap Hangatkan Suasana Pasca Idul Fitri Dalam rangka merayakan kemenangan Hari Raya Idul Fitri, Mangkuluhur...

Babak Baru MGallery dengan Peluncuran Kampanye Globalnya 

Dimulainya 2024, MGallery semakin bertekad untuk menggiatkan “M” yang ikonik, yang sekarang identik dengan...

Tempayan Indonesian Bistro Rayakan Grand Opening dengan Penawaran Diskon 50%

Setelah sukses dengan rangkaian pembukaan hingga masa soft opening sejak Maret 2024, Tempayan Indonesian...

- A word from our sponsor -