Apa jadinya jika kenangan yang samar perlahan dijahit kembali melalui karya seni? Inilah yang dihadirkan oleh aktor sekaligus seniman visual Giulio Parengkuan dalam pameran tunggal bertajuk “Memorabilia” di Art Space, Artotel Thamrin Jakarta.
Dibuka sejak 22 Maret hingga 11 Mei 2025, pameran ini mengajak pengunjung untuk menyelami dunia batin sang seniman melalui karya-karya yang sarat makna personal.
Mengangkat kutipan “Memories fade, but their echoes remain,” Giulio meresapi setiap serpihan kenangan yang perlahan memudar, namun jejaknya masih menggema dalam dirinya.
Melalui gabungan fotografi, benda-benda personal, serta visualisasi yang puitis, ia menuturkan kisah—bukan hanya tentang masa lalu, tapi juga tentang cara kita mengingat, melupakan, dan akhirnya menerima.
“Setiap karya yang saya tampilkan adalah semacam jendela ke dalam momen-momen pribadi yang pernah saya alami,” ujar Giulio. “Mungkin tidak semuanya utuh, namun justru di situlah keindahannya—dalam fragmen dan resonansi yang tertinggal.”
Pameran ini bukan hanya menampilkan visual yang estetik, tetapi juga membangun ruang dialog yang intim antara karya dan pengunjung. Bagi mereka yang hadir, pengalaman ini bisa menjadi refleksi atas kenangan mereka sendiri—apa yang hilang, apa yang masih tertinggal, dan bagaimana semua itu membentuk siapa kita hari ini.
Dicky Panjaitan, General Manager Artotel Thamrin Jakarta, menyampaikan rasa antusiasmenya, “Kami sangat bangga dapat menjadi bagian dari proses kreatif Giulio. Pameran ini adalah bentuk kolaborasi yang kuat antara seni dan ruang—menyatukan narasi personal dengan atmosfer hotel yang artistik.”
Senada dengan itu, Windi Salomo, Art Director Artotel Group, menambahkan, “Kami percaya bahwa seni yang paling bermakna adalah seni yang bisa kita rasakan, bukan hanya kita lihat.”