Kembali ke Kantor pada 2023

Pertama, kita perlu ingat bahwa saat ini yang paling penting adalah aksesibilitas, bukan kehadiran. Marissa Mayer memang tidak salah ketika ia ingin individu saling terkoneksi sehingga memaksa menyatukan mereka dalam sebuah ruangan. Namun, ia lupa bahwa pada zaman ini, orang bisa saja duduk berhadap-hadapan, tetapi tetap tidak terhubung satu sama lain.

Berapa banyak dari kita yang duduk makan bersama keluarga ataupun teman, tetapi masing-masing sibuk dengan gawainya sendiri-sendiri? Memaksa orang untuk berhubungan face to face bahkan akan menghilangkan fleksibilitas yang berakibat pada kurangnya kreativitas dan inovasi.

Kita sendiri mungkin merasakan betapa rapat-rapat yang dilakukan secara virtual ternyata malah lebih efektif ketimbang saat dilakukan secara luring. Memang canda tawa dan keakraban terasa jauh lebih hangat dalam rapat yang dilakukan luring, tetapi tidak tertutup kemungkinan pembicaraan pun menjadi melenceng ke mana-mana.

Oleh karena itu, kita memang perlu mencari kombinasi agar bisa tetap mendapatkan ikatan hati, tapi tetap dapat mengerjakan tugas dengan lebih efektif melalui bantuan teknologi. Selama karyawan memiliki sasaran kerja yang jelas dan terukur, fleksibilitas tempat kerja justru memudahkan mereka untuk mengatur diri dan pekerjaannya agar dapat selesai tepat waktu tanpa alasan gangguan-gangguan eksternal.

Kedua, tenaga kerja yang terdiri atas para milenial sampai gen Z ini memang ingin mempunyai otonominya sendiri. Mereka perlu merasa bahwa tempat kerjanya terasa dinamis, tetapi dapat mengakomodasi kebutuhannya untuk banyak belajar. Mereka ingin dapat membuat keputusannya sendiri mengenai bagaimana cara kerjanya, kapan mereka bekerja, dan di mana mereka melakukan pekerjaannya.

Ketiga, setiap kantor perlu mengidentifikasikan dirinya seperti start up. Tidak bisa lagi manajemen menerapkan aturan-aturan seperti 30 tahun lalu. Kerangka kerja saat ini menjadi pendek, tetapi harapan manajemen sangat tinggi.

Dengan demikian, organisasi perlu melakukan kombinasi antara manajemen mikro dan fleksibilitas. Kita pun perlu menyadari aspek diversifikasi dan multibudaya dalam pertimbangan. Diversifikasi talenta merupakan kunci sukses manajemen pada masa depan.

Keempat, kesadaran bahwa birokrasi tidak lagi bisa menghalangi keterbukaan arus informasi. Dengan komunikasi elektronik, kita dapat berhubungan dengan siapa pun di organisasi, termasuk CEO sekalipun. Berita akan tersebar dengan jauh lebih cepat, baik berita baik maupun berita buruk. Untuk itu, manajemen harus peka dan memahami kekuatan komunikasinya dalam membuat dampak.

Kelima, pertemanan. Pada dasarnya, karyawan adalah makhluk sosial, maka pasti memiliki keinginan untuk bertemu dengan teman-teman, mengobrol, dan bercanda.

Manajemen perlu mengakomodasi hal ini dengan menciptakan area-area yang bisa menjadi social hub sehingga ketika karyawan berada di kantor, ia merasa bahwa ini adalah kesempatannya untuk bersosialisasi satu sama lain dan melakukan hubungan relasi yang berdampak bagi pencapaian targetnya. Sementara itu, penyelesaian pekerjaan dilakukan secara efisien ketika mereka bekerja di rumah.

Kita lihat, banyak perusahaan yang perlu lebih jeli dalam mempersiapkan kantornya kembali. Bagian personalia pun mungkin kehabisan akal bagaimana menciptakan ruang bekerja yang nyaman ketika man power terus berkembang dengan perkembangan organisasi.

Halal Bihalal Mangkuluhur Artotel Suites

Siap Hangatkan Suasana Pasca Idul Fitri Dalam rangka merayakan kemenangan Hari Raya Idul Fitri, Mangkuluhur...

Babak Baru MGallery dengan Peluncuran Kampanye Globalnya 

Dimulainya 2024, MGallery semakin bertekad untuk menggiatkan “M” yang ikonik, yang sekarang identik dengan...

Tempayan Indonesian Bistro Rayakan Grand Opening dengan Penawaran Diskon 50%

Setelah sukses dengan rangkaian pembukaan hingga masa soft opening sejak Maret 2024, Tempayan Indonesian...

- A word from our sponsor -