Kejujuran Diri

Masalah dalam autentisitas ini adalah sebagian besar dari kita tidak memiliki petunjuk tentang siapa kita bagi diri kita sendiri. Kita percaya bahwa apa yang kita tampilkan pada dunia itu adalah diri kita yang autentik.

Kita menampilkan diri sebagai keluarga yang bahagia, anak yang senantiasa berbakti, orangtua yang penuh kasih, suami yang bertanggung jawab, istri yang lemah lembut dan penyayang karena hal-hal inilah yang ingin dilihat oleh orang lain.

Ketidakautentikan dalam kepemimpinan bisa terlihat dalam atasan yang selalu perhatian kepada anak buah, terbuka terhadap kritik, ataupun rela berkorban demi memperjuangkan kesejahteraan anggota kelompoknya.

Kondisi-kondisi itu adalah kondisi ideal yang ingin kita capai. Namun, sesungguhnya kita tidak akan mencapai kondisi tersebut bila tidak berani melihat dan mengakui dengan jujur bagaimana kondisi kita saat ini. Bagaimana kita akan menjadi atasan yang terbuka terhadap kritik jika kita tidak mengakui bahwa seringkali kuping kita panas pada kritik anak buah.

Untuk menjadi autentik terlebih dulu kita perlu mengambil jarak dan melihat dengan jujur bagaimana reaksi kita ketika sedang sendirian, tidak ada orang lain yang mengawasi. Apa yang kita pikirkan saat itu, apa yang kita rasakan.

Kita memang tidak perlu membuka seluruh hal tentang diri kita pada dunia, tapi bila kita dapat melihat dengan jelas bagaimana diri kita yang sesungguhnya, barulah kita dapat bergerak untuk mencari cara perbaikan yang perlu dilakukan.

Interpretasi

Berapa sering kita mengambil kesimpulan berdasarkan interpretasi-interpretasi yang kita buat? Bawahan yang mempertanyakan instruksi kita, bisa kita interpretasikan sebagai tidak menghormati kita. Atasan yang memerintahkan untuk melakukan sesuatu yang genting, kita interpretasikan sebagai pemaksaan kehendak.

Padahal interpretasi adalah produk yang dihasilkan pikiran kita. Ia bisa berupa ilusi yang diwarnai bias-bias tertentu. Seberapa dekat interpretasi yang kita buat itu dengan realitas yang sesungguhnya?

Karenanya pencarian data dan fakta menjadi kunci yang penting agar dapat berpegang pada realitas. Kita harus belajar membuka diri tidak hanya pada data yang mendukung interpretasi, tetapi juga berusaha untuk mengejar data-data yang tidak selaras dengan interpretasi kita itu. Jika kita telah memiliki data yang cukup, barulah kita menarik kesimpulan. Inilah interpretasi sesungguhnya.

Tanggung jawab

Ketika situasi yang terjadi tidak berjalan mulus, seringkali kita mencari pihak-pihak yang harus bertanggung jawab. Padahal dalam konteks pengembangan pribadi, tanggung jawab perlu dihayati oleh setiap individu untuk mencapai tujuannya.

Susu Kambing Etamilku : Pilihan Terbaik untuk Kesehatan Pernafasan Anda

Jakarta – Elmedinah Indonesia dengan bangga mengumumkan peluncuran produk terbaru mereka: Susu Kambing...

Gelombang Euforia Esports Tanpa Batas di Yogyakarta: AXIS Esports Labs kolaborasi antara AXIS dan EVOS!

AXIS Esports Labs membawa keseruan pengalaman gaming yang tak terlupakan bagi para gamers di...

VRITIMES dan Mimbar Sumut Jalin Kemitraan Strategis untuk Perkaya Penyampaian Berita di Sumatera Utara

Jakarta, 18 Mei 2024 – Dalam rangka memperluas jangkauan informasi dan mengintensifkan diseminasi berita...

- A word from our sponsor -