Di antara hamparan sawah dan hutan tropis Ubud, Bali, ada sebuah tempat kecil yang sedang mencuri perhatian para pencinta koktail dan keindahan hidup yang sederhana.
Bukan karena tampilannya yang mencolok atau promosi gencar di media sosial, tapi karena atmosfernya yang jujur, hangat, dan sangat terasa personal. Namanya KAWI Ubud—sebuah bar yang menggabungkan sentuhan lokal, seni, dan keramahtamahan dalam bentuk paling autentik.
Sebuah Ruang yang Lahir dari Persahabatan dan Rasa Ingin Tahu
KAWI lahir dari mimpi tiga sahabat: Christian, Kong, dan Elaine. Tiga sosok dengan latar belakang berbeda yang disatukan oleh satu semangat: menciptakan tempat yang terasa real—tanpa pencitraan, tanpa gimmick, dan tanpa tekanan untuk selalu mengikuti tren.
Di tengah gempuran tempat-tempat baru yang mengedepankan estetika Instagramable, KAWI hadir sebagai antitesis: tenang, bersahaja, namun sangat berkarakter.
“Kami ingin menciptakan ruang yang seperti rumah kedua—di mana setiap orang bisa datang, duduk, merasa nyaman, dan jadi diri sendiri,” ungkap Christian.




Filosofi di Balik Segelas Minuman
KAWI tidak menawarkan daftar panjang koktail rumit dengan nama-nama asing yang sulit diingat. Sebaliknya, menunya menyentuh sisi nostalgia: teh botol, daluman, dan bahan-bahan lokal yang mungkin kita temui sehari-hari, namun kini ditampilkan dengan cara baru yang menyegarkan.
Tidak ada niat untuk memamerkan teknik rumit. Yang ada hanyalah niat tulus untuk merayakan kejernihan rasa dan keseimbangan.
Setiap minuman adalah cerita—tentang tanah Bali, tentang musim, tentang kenangan masa kecil, atau tentang perjalanan rasa yang terus berevolusi. Para bartender di KAWI pun bukan wajah-wajah glamor yang dilatih dari sekolah elit.