Oleh Ndoro Kakung
Di zaman ketika politik tak lagi sekadar berlangsung di ruang sidang Senayan atau media daring, tetapi juga di kolom komentar dan tab For You Page, muncul sebuah pernyataan yang terasa seperti guntur di langit dunia digital: “Era influencer dan buzzer sudah tamat sebagai amplifier.”
Sebuah kesimpulan yang terdengar lugas sekaligus mengundang pertanyaan: benarkah peran para pendengung digital itu benar-benar telah usai? Ataukah mereka hanya sedang berganti kostum dalam panggung algoritma yang tak pernah tidur?
Pernyataan itu sejatinya mengandung dua lapis makna. Pertama, bahwa zaman kejayaan para buzzer dan influencer sudah lewat. Kedua, bahwa peran mereka sebagai amplifier—pengeras suara politik—sudah tidak lagi mempan.
Dulu, mereka berfungsi layaknya juru kampanye yang berselancar di lautan algoritma: menyeragamkan pesan, menggaungkan slogan, dan menyulut opini publik.
Kini, dunia digital tak lagi menyukai seruan serempak yang terlalu keras. Algoritma media sosial justru memanjakan konten yang lebih otentik, cair, emosional, dan menghibur. Teriakan pasukan digital yang dulu efektif kini mulai terdengar seperti suara gema di ruang kosong.
Menurut laporan Edelman Trust Barometer 2024, kepercayaan publik terhadap influencer dalam isu politik menurun lebih dari dua belas persen dibandingkan tahun 2021. Fakta ini menandai kelelahan publik terhadap pengaruh yang dianggap tidak lagi relevan.
Dalam strategi kampanye modern, pertempuran di ruang maya atau yang biasa disebut sebagai “pertarungan udara,” hanya mencakup sekitar dua puluh persen dari keseluruhan medan laga. Sisanya tetap ditentukan oleh relasi darat: jaringan sosial, logistik, dan kehadiran nyata di lapangan.
Artinya, meskipun buzzer dulu memegang peran penting dalam membangun kesadaran isu, kekuatannya kini cenderung melemah bahkan dalam wilayah sempit yang menjadi ladangnya sendiri.
Namun menyatakan bahwa mereka tamat barangkali terlalu tergesa. Mereka tetap punya nilai, bukan sebagai penggedor opini publik, melainkan sebagai penjaga narasi—perisai naratif yang menjaga stabilitas pesan dalam arus yang cepat berubah.