Cinta Tragis Bohemian Rhapsody

Fim Bohemian Rhapsody tidak hanya bercerita tentang perjalanan grup grup legendaris Queen, tapi ada kisah asmara dua anak manusia, yang romantis sekaligus tragis.

“Maukah kamu memakai selamanya?” tanya Freddie Mercury (diperankan oleh Rami Malek).

“Ya,” jawab Mary Austin (Lucy Boynton) dengan mata yang berbinar-binar.

“Maukah kamu berjanji tidak melepaskannya walau apa pun yang terjadi?”

“Ya. I love you.”

Sebelum mengenakan cincin di jari manis Mary, Freddie memohon kepada Mary, “Will you marry me?” sambil menyerahkan cincin bermata berlian itu dalam boks berbungkus warna biru tua yang berhias bunga-bunga kecil.

Setelah itu mereka hidup bersama selama 7 tahun. Saat itu, Freddie sudah terkenal dengan Queen-nya.

Selain cincin, Freddie juga memberi hadiah sebuah lagu yang diciptakan untuk Mary. Judulnya Love of My life. Sebuah lagu slow rock yang amat manis.

Lagu ini, menurut Brian May, dinyanyikan oleh orang satu stadion ketika Queen manggung. Belum pernah terjadi sebelum itu, orang satu stadion bernyanyi bersama.

Love of my life, you’ve hurt me.

You’ve broken my heart and now you leave me

Love of my life can’t you see

Bring it back, bring it back

Don’t take it away from me because you don’t know what it means to me

“Mereka bernyanyi untuk kamu,” kata Freddie kepada Mary ketika mereka berdua saja menyaksikan siaran TV yang tengah menampilkan adegan orang satu stadion koor menyanyikan Love of My life. Suara manusia sebanyak itu sangat menggetarkan.

Dialog ini tidak berakhir indah.

Sesaat kemudian Freddie mengaku sebagai seorang biseksual. Mary bukannya tidak tahu bahwa kekasihnya gay. Tapi dia berusaha menolak realitas. Sekarang, Mery mendapat konfirmasi dari Freddie. Pengakuan ini sangat memukulnya.

Adegan berikutnya adalah Mary mencabut cincin berlian dari jari manisnya.

Tapi Freddie yang sangat mencintai Mary memohon, “Kamu sudah berjanji tidak menanggalkan cicin itu dari jarimu.”

Freddie makin top dengan Queen-nya. Pergaulan nya dengan sesama jenis juga makin banyak. Tetapi hubungan Freddie dengan Mary tetap berlangsung. Freddie masih sangat mencintai Mary, sedangkan Mary bersikap baik saja padanya.

Saking cinta pada Mary, Freddie dan kucing-kucingnya pindah ke apartemen yang berseberangan dengan apartemen Mary.

Ketika baru pindah, Freddie menyalakan lampu meja dekat jendela yang bisa dilihat oleh Mary. Kemudian Mary membalas melakukan hal yang sama. Ini cara berkomunikasi Freddie dengan Mary yang aneh dan romantis.

Tetapi, hanya sekali Mary membalas kedipan lampu itu. Kedipan-kedipan berikutnya diabaikan oleh Mary.

Mary memilih jalan yang umum dilakukan oleh perempuan: mempunyai pacar seorang pria. Mereka jadi jarang bertemu.

Suatu hari menjalang tour di sebuah kota di Amerika, Mary muncul mendadak. Betapa senang hati Freddie. Dia memeluk Mary dengan erat di pinggang. Mencium pipinya, mengangkat, dan memutar-mutar tubuh Memary dalam gendongannya. Freddie menunjukkan rasa rindu dan cinta yang dalam pada kekasihnya yang sudah lama tidak berjuma.

Setelah melepaskan pelukannya, Freddie tetap menantap Mary. Tapi Mary justru mengenalkan David yang datang bersamanya, sebagai pacarnya.

Freddie terlihat cemburu, dan berkata: “Mengapa Mary tidak memakai cincin?”

“Aku tidak nyaman memakai cincin mahal di perjalanan,” kata Mary.

Mungkin Mary jujur. Tapi mungkin juga dia sedang menjaga perasaan pria yang sangat mencintainya itu agar tidak luka jika dia menjawab dengan jujur.

Freddie makin sibuk. Apalagi dia menerima tawaran USD 4 juta —jumlah yang lebih besar dibandingkan kontrak Queen —untuk membuat dua album solo. Ia fokus menyelesaikan dua album itu di tempat yang jauh dari orang-orang dekatnya, termasuk dari personel Queen: Brian, Roger, dan Deacon. Mereka marah sekali dengan keputusan Freddie, yang dianggap bisa membunuh Queen.

Telepon masuk diseleksi oleh pacar homonya. Akibatnya, telepon Mary dan manager Queen tidak disampaikan kepada Freddie. Berkali-kali Mary menelepon tidak ada balasannya.

Mary gelisah pada situasi ini. Apalagi ia mimpi buruk tentang Freddie. Di dalam mimpi itu, Freddie meminta tolong sesuatu pada Mary tapi Freddie tidak bisa berkata apa pun sebab suaranya hilang.

Akhirnya Mary nekad menemui Freddie di studio nya yang jauh. Ini pertemuan yang mengharukan. Freddie meminta Mary tinggal bersamanya menemani dia menyelesaikan album kedua. Kata Freddie, kehadiran Mary akan membuat dia tenang dan memudahkan dia bekerja

Mary jelas menolak, sebab dia sedang hamil. Dan tujuannya datang hanya ingin memastikan bahwa Freddie baik-baik saja, sekaligus mengabarkan bahwa Queen diminta tampil di konser amal Live Aid gagasan Bob Geldof. Manajer Queen berkali-kali menelepon Freddie untuk mengabarkan hal ini, tapi pesan penting ini tidak disampaikan oleh asisten Freddie yang juga pacarnya.

Kedatangan Mary mampu mengubah sikap Feddie yang keras. “Pulanglah, Freddie,” kata Mary di tengah hujan menjelang meninggalkan studio Freddie.

“Aku, Brian, Roger, Deacon, dan Jim mencintai kamu. We are a family,” kata Mary.

Masih di bawah guyuran hujan deras, Freddie memutuskan hubungan dengan pacar homonya, termasuk sebagai asisten, yang sejak tadi menyaksikan percakapan Freddie dengan Mary. Ia langsung pulang.

Banyak keputusan penting yang dibuat Freddie setelah itu. Ia rela menerima syarat yang diajukan ‘saudara-saudara se-Queen’. Mereka mengulang lagi pernyataan bahwa mereka berempat bersaudara. Semua lagu, aransemen, pencitpa, penyanyi di album ditulis sebagai karya Queen bukan karya pribadi lagi. Pendapatan Queen juga dibagi rata berempat, Freddie tidak lagi mendapat bagian yang paling besar.

Dan yang paling mengharukan, di saat latihan menyiapkan konser Live Aid, Freddie mengaku kepada semua personal Queen dan Jim bahwa dia sudah positif AIDS. Dan berikrar akan menghabiskan waktunya untuk musik bersama Queen.

Freddie mendapat tambahan energi menjelang tampil di panggug Live Aid: Mery menemui Freddie. Lalu Freddie memberi mereka tempat di sisi panggung, bersama para kru Queen.

Adegan hidup Freddie selanjutnya tidak ditampilkan dalam film Bohemian Rhapsody ini. Yaitu, Mary merawat Freddie ketika AIDS makin menggerogoti tubuhnya. Sampai Freddie wafat.

Mary juga mencintai Freddie, bukan sebagai kekasih, tapi sebagai orang yang selalu di hatinya.

Sebelum Freddie wafat ia sempat menunjukkan cintanya sekali lagi kepada Mary: ia memberikan sebagian besar harta peninggalannya kepada Mary, jauh lebih besar dibandingkan yang diberikannya kepada orang lain termasuk kepada orangtuanya sendiri.

Freddie telah membuktikan cinta kepada Mary dan membahagiakan Mary dengan caranya sendiri.

(Jonminofri Nazir)

Tasrih Ketakutan dari Joko Anwar

Resensi Film Siksa Kubur Oleh Akmal Nasery Basral Mengisi libur Idul Fitri dengan film horor di...

15 Gerai Starbucks Tercantik yang Layak Dikunjungi Selama Liburan

Libur Lebaran adalah saat yang spesial untuk berkumpul dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Namun,...

Embark on a Blissful Eid al-Fitr Getaway with Le Méridien Jakarta’s Family-Friendly Package

As the joyous occasion of Eid al-Fitr approaches, Le Meridien Jakarta is thrilled to announce...

- A word from our sponsor -