Budaya Apresiatif

Oleh Eileen Rachman dan Emilia Jakob

Bila kita bertanya kepada para karyawan, adakah di antara mereka yang bersedia bekerja tanpa bayaran? Tentu akan sulit sekali menemukannya. Namun, di balik pengetahuan umum bahwa orang bekerja untuk mendapat penghasilan, ada beberapa faktor yang sebenarnya berperan penting untuk membuat karyawan lebih termotivasi bertahan di satu organisasi dan berkontribusi lebih besar.

Frederick Herzberg, psikolog klinis, mengungkapkan, berdasarkan penelitiannya, manusia memiliki dua set kebutuhan. Pertama, kebutuhan level rendah seperti menghindari rasa sakit dan memenuhi kebutuhan hidup. Kedua, kebutuhan level tinggi sebagai manusia yang ingin terus berkembang.

Kebutuhan-kebutuhan pada bagian pertama oleh Herzberg dinamai faktor hygiene yang tidak bisa meningkatkan kepuasan, tetapi ketiadaannya dapat menghasilkan ketidakpuasan dalam bekerja.

Contohnya, kebersihan (hygiene) yang tidak dapat membuat kita semakin sehat, tetapi kondisi yang tidak bersih dapat menimbulkan penyakit. Beberapa faktor hygiene adalah gaji, aturan dan kebijakan perusahaan, pengawasan, status, serta rasa aman.

Sementara itu, faktor kedua adalah faktor motivator yang dapat berkontribusi pada kepuasan kerja. Penghargaan atas prestasi, tanggung jawab yang lebih besar, dan kesempatan untuk berkembang adalah faktor yang dapat mendorong karyawan semakin berprestasi.

Pada dasarnya, manusia memiliki kebutuhan untuk diakui oleh keluarga, teman, atasan, guru, maupun atasannya. Sebuah riset dalam Journal of Managerial Psychology menunjukkan, apresiasi akan meningkatkan kepuasan kerja yang pada akhirnya memengaruhi well being seseorang.

Apresiasi juga bisa meningkatkan  kualitas hubungan interpersonal yang berdampak pada retensi, meningkatnya kinerja, dan efisiensi. Tuntutan dan disiplin memang penting, tetapi hal ini dapat diberikan bersamaan dengan apresiasi.

Ketika organisasi sudah paham bahwa motivasi karyawan akan semakin meningkat melalui apresiasi, mengapa banyak karyawan yang merasa tidak dihargai dengan semestinya?

Ada beberapa hal yang sering melatarbelakangi para atasan sulit untuk memberikan apresiasi. Pertama, kekhawatiran bahwa pujian bukannya memacu produktivitas, melainkan justru membuat karyawan besar kepala dan bersikap “kurang ajar”.

Kedua, memberi penghargaan dianggap membutuhkan waktu ekstra untuk sesuatu yang sudah menjadi kewajiban pekerja untuk bekerja sebaik-baiknya.

Breman85, Keunggulannya Secara Lugas Memadukan Keramahan Bali

Selamat datang di Breman85, di mana makanan lezat, bir yang luar biasa, dan suasana...

The Legacy

Ramadhan Sananta, Rifda Irfanaluthfi, dan Yudha Saputera menceritakan tekanan yang dihadapi sebagai atlet dalam...

Chuck 70 De Luxe Squared Bertatah Kristal Swarovski

Converse Perkenalkan Siluet Terbaru Bagaimana caranya menghormati masa lalu, sambil membangun masa depan?   Selama lebih dari 100 tahun,...

- A word from our sponsor -