Oleh Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Saat ini, kompetisi tidak lagi bisa disamakan dengan lomba lari. Kompetitor sudah tidak mengikuti jalur yang sama sehingga bisa kita ukur dan pantau. Mereka dapat muncul dari berbagai sudut dan arah. Para pemain baru yang tidak masuk hitungan tiba-tiba hadir dan menyalip posisi para pemain lama.
Yang mengejutkan, ternyata mereka datang dengan kualitas yang baik, cepat, dan dengan harga yang bersaing bahkan bisa lebih murah. Menghadapi hal ini, kita tidak memiliki pilihan, kecuali menelaah diri, memikirkan bagaimana strategi bertahan dan bersaing, serta menyiapkan pola pikir baru agar tetap kuat berkompetisi.
Pada era volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity (VUCA) ini, lingkungan berubah dengan cepat. Kita kekurangan data untuk dengan percaya diri membuat keputusan. Berbagai tren muncul dan tenggelam silih berganti, mempersulit kita  untuk menemukan mana yang penting bagi perkembangan bisnis organisasi dengan yang tidak.
Beragam pertanyaan berkecamuk di benak kita dan sulit untuk terjawab sempurna, antara lain siapa pelanggan dan pesaing kita pada masa depan? Bagaimana cara dan dengan siapa kita menghasilkan uang pada masa depan? Bagaimana kita menggabungkan fleksibilitas dan efisiensi? Bisnis baru apa yang akan muncul dan sukses di pasar?
Yang pasti, dalam hidup ini adalah ketidakpastian sehingga kita perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi apa saja yang muncul di depan mata. Keinginan pelanggan yang sering berubah, pesaing yang bisa saja tidak mengikuti etika dagang, nilai tukar uang yang fluktuatif, dan masih banyak hal yang terjadi tanpa memberi tanda terlebih dulu.
Dalam setiap situasi tersebut, ada organisasi yang jatuh dan hilang, tetapi juga ada yang semakin berkibar. Ini berarti perubahan itu sebenarnya bersifat netral, tergantung cara kita menyikapinya.
Apakah kita dapat mengubah sikap dan pola pikir agar tetap gesit berubah di tengah gejolak yang tiada henti ini. Maukah kita melakukan transformasi pada diri sendiri agar tidak hanya bertahan, tetapi justru dapat memanfaatkan kesempatan yang ada?
Bertransformasi selagi berkinerja
Pertama, kita perlu menelaah kembali organisasi kita sendiri. Apakah struktur organisasi memungkinkan kita untuk fleksibel beradaptasi secara cepat? Apakah setiap insan dalam organisasi memiliki kesadaran untuk melakukan perbaikan berkelanjutan yang dapat membuat proses lebih efektif dan efisien? Apakah setiap orang memiliki program belajarnya masing-masing yang mengikuti tuntutan perkembangan bisnis?
Ketika kehidupan sedang stabil dan baik-baik saja, data yang lebih lengkap memang akan menghasilkan keputusan yang lebih baik. Namun, saat kehidupan berubah menjadi tidak stabil dan semakin kompleks, data juga berubah dengan cepat dan sulit dipahami.