Banjir Informasi

Oleh Eileen Rachman dan Emilia Jakob

Salah satu isu yang banyak dikhawatirkan organisasi ketika masa pandemi adalah bagaimana menjaga kesinambungan informasi saat karyawan tidak berada di area yang sama karena bekerja dari jarak jauh.

Beragam teknologi media komunikasi baru pun bermunculan dan diadopsi oleh organisasi yang percaya bahwa kelancaran komunikasi untuk menjaga kolaborasi sangatlah penting. Arus komunikasi memang meningkat, jauh lebih intensif dibandingkan masa ketika semua masih bekerja dalam ruang dan waktu yang sama.

Bila dulu informasi bergulir dalam rapat-rapat, saat ini, komunikasi melalui media seperti grup Whatsapp yang tidak membutuhkan alokasi tempat, membuat diskusi dapat berjalan tanpa mengenal waktu. Setelah pandemi berlalu, cara bekerja hibrida tetap dipertahankan oleh banyak organisasi mengingat beragam manfaatnya. Pekerja pun sudah terbiasa menggunakan beragam perangkat teknologi untuk berbagi informasi.

Memang tak dapat dimungkiri bahwa komunikasi adalah salah satu faktor yang penting bagi kesuksesan tim dan organisasi. Setiap anggota tim perlu tahu dan paham apa yang dikerjakan oleh rekan kerjanya. Mereka tahu apa yang diharapkan dan bagaimana dampak pekerjaan mereka terhadap kinerja tim dan organisasi secara keseluruhan.

Sebaliknya, gejala silo di organisasi akan berdampak pada kebingungan dan kinerja yang menurun. Customer service tidak dapat melayani dengan optimal, marketing kesulitan mengeluarkan kampanye bila mereka tidak memiliki informasi yang lengkap terkait produk yang ada.

Frustrasi dan kebingungan karyawan dapat berdampak negatif pada kinerja organisasi secara keseluruhan.

Dampak banjir informasi

Information is power and power is money,” kata Kennedy Chase seorang jurnalis. Namun, yang sering tidak disadari adalah terlalu banyak informasi yang belum tentu relevan justru dapat membuat kita kehilangan fokus pada hal yang penting dan harus diperhatikan.  

Banyak dari kita yang mungkin merasakan hal yang sama. Timbunan e-mail yang tidak terbaca, pesan-pesan dari berbagai grup Whatsapp yang belum sempat kita buka. Pesan masuk lebih cepat daripada kemampuan kita membacanya. Akhirnya kita pun malah sibuk menghapus kotak masuk e-mail karena terlalu penuh dengan pesan-pesan yang belum dibaca.

Kekhawatiran akan kurangnya informasi membuat segala informasi disebarkan, tetapi justru mempersulit kita mendapatkan informasi yang benar-benar kita butuhkan dari timbunan pesan.

Kelompok Pasien Dorong Akses yang Berkeadilan untuk Obat HIV Lenacapavir

Indonesia AIDS Coalition (IAC), selaku organisasi berbasis komunitas yang bekerja di isu HIV, telah...

300 Pendidik Siap Integrasikan Artificial Intelligence dalam Pembelajaran

PT Reformasi Generasi Indonesia (REFO) menggelar Indonesia Future of Learning Summit (IFLS) 2024. Menghadirkan...

Starbucks Indonesia Kembali Catatkan Rekor MURI

Di Hari Kopi Internasional 2024Merayakan Hari Kopi Internasional tahun 2024, Starbucks di Indonesia ingin...

- A word from our sponsor -

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here